Selamat datang di Dunia!

Dunia adalah stasiun, kalau kita adalah kereta.

Satu kereta datang, dan yang lain berangkat.

Kereta, kawanan roda, rel yang baik hati, rintikan fluida, asap dari cerobong...

Sungguh deh, hidup adalah stasiun beserta semua yang dibawa hujan menjatuhinya.

Rabu, 08 Juni 2011

Best Thing Ever Happened To My Life

Best Thing Ever Happened To My Life
  

Apa hal terbaik yang pernah terjadi dalam hidup Anda?



Mungkin prestasi atau kemenangan yang pernah Anda raih, atau mungkin kejadian di mana Anda mendapat Merci gratis dari undian (:D ngarep...) Mungkin juga saat Anda melamar dan diterima (baik kerjaan, CV buat universitas, atau pacar).

Tapi saya nggak butuh prestasi atau kemenangan, Merci, punya kerjaan bagus, universitas bergengsoy, ataupun pacar (meskipun saya pengen punya .. Hiks!) untuk merasa senang, karena itu semua bukanlah hal terbaik dalam hidup. Buat saya, hal terbaik yang pernah terjadi dalam hidup saya adalah TEMAN-TEMAN SEJATI dan KELUARGA TERBAIK yang saya punya di rumah. Cukup kalau ada mereka, hidup jadi terasa berharga banget.

Kayak di film Amerika ya? Tapi bener lho! Tadinya saya juga nggak sadar, sampai Hari Ini membuktikannya pada saya.

Hari ini, 8 Juni 2011, adalah hari ulang tahun saya yang ke-17 (sweet seventeen kata orang bule, tujubelasan kata kita orang...). Sudah menjadi tradisi untuk merayakan ulang tahun ke-17 dengan pesta, perayaan momen sekali seumur hidup di mana kita memasuki tahap baru dalam hidup: jadi orang yang diperhitungkan. Artinya? Kita sudah dewasa dan diharapkan segala tindak tanduk serta pikiran kita juga sudah matang.

Beberapa (malah hampir semua) teman saya merayakan ultah ketujuhbelasnya dengan pesta yang meriah. Awalnya saya senang dan bersemangat datang ke pesta ultah teman-teman. Tapi lama-lama rasanya jadi muak sendiri, bosan karena acara ya pasti sudah ketebak. Pesta ultah yang harusnya membahagiakan malah terkadang jadi kehilangan esensinya dan malah jadi tidak bermakna bagi si birthday girl.

Karena itu dari awal saya OGAH dibikinin pesta. Saya juga bukan tipe orang yang suka mengadakan pesta untuk diri sendiri (kesannya kayak bersorak sorai... untuk diri sendiri). Saya juga bukan orang yang suka jadi pusat perhatian. Ultah ke-17 momen sekali seumur hidup? Sebenarnya ultah ke-16, 15, 14, 13, ataupun 10 juga sekali seumur hidup (mana bisa kita ultah ke-15 dua kali). Katanya ultah ke-17 adalah momen kedewasaan. Tapi menurut saya, kedewasaan itu tergantung sikap dan pikiran kita, bukan umur kita. Tidak mungkin kita berpesta sebelum menang kan? Lagipula kalau melongok sedikit ke teman-teman kita yang belum cukup beruntung, bahkan untuk sekolah atau makan dua kali sehari saja butuh kerja setengah mati, tidak bijaksana kalau kita malah berpesta di tengah penderitaan mereka.

Ya, jadi saya santa-santai saja menjelang ultah ke-17 saya. Saat ditanya mau hadiah apa pun saya selalu jawab, “Gak mau hadiah apa-apa ah!”. Soalnya buat orang berhati egois kayak saya, diizinkan hidup sampai 17 tahun aja udah syukur banget lho...

Hari ini saya pulang dengan tenteram. Tidak ada kecurigaan ataupun bau-bau konspirasi dari teman-teman. Saya merasa amaaaaan!

Tapi ternyata, akal bulus mereka mulai kelihatan (hahahahaha!). Saya dengan bodohnya terpancing, dibawa ke lantai 2, saat mereka bersiap-siap di lantai 1. Lalu... TADAAA!

“HAPPY BIRTHDAAAAAAY!!!!”

Teman-teman terbaikku ada di situ.  Saya benar-benar speechless, gak tau harus berbuat apa. (Thank’s to The EO, Dette und Nene, and everyone who came :D). Ada teman-teman, kue coklat yang enak (thank’s lagi buat Dette!), dan hadiah... Kurang sempurna apa lagi ulang tahun saya?

First cake saya berikan buat Mbak Chong yang telah bersedia naik turun tangga demi mengambil hal-hal kecil yang sering saya lupakan. Juga untuk mau menemani saya berbelanja, saat saya yang sudah 17 tahun ini tidak berani belanja sendirian.

Saya benar-benar nggak tahu kapan dan bagaimana mereka merencanakan persekongkolan mereka itu. Yang jelas, mereka sangat hebat. Tapi saya juga merasa heran kenapa mereka mau-maunya bikin surprise party untuk saya. Padahal saya bukanlah teman yang sempurna. Saya ini egois dan malah kadang-kadang saat teman saya membutuhkan, saya malah tidak ada di samping mereka. Tak jarang, sadar maupun tidak sadar, saya sering menyakiti perasaan teman-teman saya. Saya tahu saya bukanlah teman yang baik. Namun saya cukup beruntung mempunyai teman-teman yang baik seperti mereka.

Hadiahnya adalah hadiah terbaik yang pernah saya dapatkan. Teman-teman terbaik membelikan saya CD dari band terbaik bagi saya (KYAAAAAAA!!!!!!). Plus bonus kliping ucapan selamat pula! Apakah EO pesta Anda bisa menyediakan hal seperti itu?

Di pesta Anda tidak bisa bercolek-colekan coklat di wajah teman seperti yang kami lakukan. Di pesta Anda tidak bisa membeli dongkrak di tukang es seperti yang kami lakukan. Di pesta Anda tidak bisa tertawa keras-keras sampai mau menangis rasanya. Di pesta Anda tidak bisa curcol sampai mulut Anda kering. Dan yang terpenting, di pesta Anda tidak bisa mendapatkan teman-teman sejati.

Perayaan sederhana dengan kejutan di hari ultah ini rasanya sama dengan pesta sweet seventeen yang teman-teman lain rayakan. Bedanya, saya tidak perlu membayar apa pun untuk mendapatkan hal terbaik dalam hidup saya. Saya punya teman-teman sejati dan keluarga yang baik, apalagi yang saya butuhkan dalam hidup ini? Kalau ada hal yang akan saya lindungi dalam hidup ini, itu adlaah mereka. Protect or die trying. Teman-teman saya adalah teman-teman terbaik di dunia.

Dari 1 sampai 10, level senang saya hari ini adalah 13. Saya yakin saya nggak butu apa-apa lagi dalam hidup saya, sebab hal terbaik dalam hidup saya sudah saya miliki. The best thing ever happened to me: MY TRUE FRIENDS.



THANK’S TO:

Dette & Nene (EO terbaik yang pernah gue tahu), Sesil, Christy, Mama, Sonia (Sang Fotografer yang keren), Della (haatsyim!), Clodi-onnie, Nadia, Gitasewot, Frans si suara seksi, Chella Chantik, adik angkatku Aletheia, Irene, Ike Cupu, adik benerku Yudha, Gaby Cupu, Chris John, Vivi Inosen kembaran gue, Cindy Sanders, Nael, Mbak Chong, Rey, Bernard, Bob, Mbaknya Edo, dan semua kerabat yang terlibat maupun tidak terlibat. TERIMA KASIH! THANK YOU! VIELEN DANK! GRAZIE! GRACIAS! KAMSHAHAMNIDA! ARIGATO GOZAIMASU! apalagi? pokoknya MAKASIH BANYAAAK SEMUA!!!!! You're all the best thing ever happened to my life!

Rabu, 01 Juni 2011

Selamat Hari Pancasila!

SELAMAT HARI PANCASILA!


Barangkali nggak ada yang memberi Anda selamat macam itu hari ini. Tapi, suer! Hari ini Hari Pancasila lho, Saudara-saudara! Hari Kelahiran Pancasila tepatnya, soalnya kalau Hari Kesaktian Pancasila itu beda lagi (1 Oktober). Saya lihat hari ini biasa-biasa aja, nggak ada kegembiraan tersendiri atau perayaan apa-apa (macem Valentinan atau April Mop begitu). Padahal hari yang kita rayakan pada hari ini JAUH, JAAUUUUHHH LEBIH PENTING daripada Valentine’s Day atau Hari Bego Di Bulan April (April Fool).
Menurut sepupu kita bersama, Si Wiki Pedia, “Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia.” Apa pula itu ideologi? Ideologi gampangnya adalah suatu paham atau konsep yang diapakai sebagai landasan / pedoman / panduan kehidupan suatu negara. Jadi apa pun yang dilakukan di negara Indonesia haruslah bersumber dari Pancasila (secara Pancasila itu ideologi Indonesia gitu Bok!)
Lahirnya Pancasila berawal dari janji Jepang untuk memberikan kemerdekaan pada Indonesia. Dibentuklah BPUPKI dan PPKI. Dalam rapatnya yang pertama (29 Mei - 1 Juni 1945), BPUPKI merumuskan falsafah dasar negara. Poin utamanya adalah persatuan kebangsaan, kemanusiaan, demokrasi, kesejahteraan, dan ketuhanan. Semuanya dijadikan satu, diaduk rata, digodok, dan menjadi satu dalam Pancasila pada akhir rapat. Kelima prinsip tersebut kalau diperas lagi sampai benar-benar sarinya menghasilkan yang disebut dengan Ekasila atau Gotong Royong.
Nama Pancasila, yang terdiri dari kata “panca” (= lima) dan “sila” (= prinsip / asas), yang penuh fiolosofi ini diusulkan oleh seorang ahli bahasa sahabat Soekarno yang waktu itu hadir dalam rapat BPUPKI. Ahli bahasa itu adalah Muhammad Yamin. Pernah dengar?
Pancasila, seperti tujuan awal para founding-fathers Indonesia, adalah ideologi Indonesia. Filosofi Indonesia. Pancasila haruslah menjadi roh dalam setiap nafas Indonesia. Karena itu Pancasila memiliki hampir semua macam nilai-nilai yang ada. Sebut saja, kerja sama, patriotisme, menghargai, menghormati, kesalehan, sopan santun, tidak sombong, rajin menabung, dan semuanya yang baik-baik (yang kalian sering tuliskan di kertas ulangan PPKn dan Religiositas / Agama itu lho!) semuanya ada di Pancasila.
Namun selama bertahun-tahun, nilai-nilai Pancasila itu cuma sekedar “dogma” dan hafalan belaka (nggak heran di tengah pelajaran KWn setengah kelas pada terlelap). Meskipun ada pelajarannya (PPKn, PKn, KWn, atau P4 di jaman dulu), rasanya pengamalan nilai-nilai Pancasila tetap tidak dipraktikkan. Buktinya, cukup nengok aja ke kanan ke kiri dan ke kaca, pasti langsung ketemu... (termasuk yang nulis ini juga belum mengamalkan nilai Pancasila, hehehehehe...)
Coba sekarang, tanpa lihat buku atau tanya Mbah Gugel, sebutkan kelima Pancasila secara urut dan lengkap! Tulis, dan kemudian cek di buku. Apakah ada yang menemui kesulitan dalam menuliskan kelima sila Pancasila?
Guru Sejarah saya (Mister Oky) pernah melakukan percobaan ini di kelas saya. Hasilnya, memprihatinkan, Saudara-saudara... Dari 5 anak yang jadi sampel percobaan, nggak ada yang benar-benar tepat. Pasti ada aja yang salah, bahkan lupa sama sekali (padahal itu udah dikasih contekan lho!).
Tahu aja enggak, gimana mau mempraktikkan?
Pancasila seharusnya benar-benar menjadi filosofi dasar kehidupan, tidak hanya kehidupan bernegara, tapi juga kehidupan pribadi kita sebagai anak muda, anak tua, pegawai negeri, karyawan swasta, anak SMA, orang tua, atau sebagai orang biasa.  Bener lho! Soalnya kalau mau dilihat lebih jauh, Pancasila sebenarnya sangat relevan dengan kehidupan sehari-hari.
Contohnya, Anda suatu hari menerima hasil ulangan Fisikah dan mendapati nilai Anda 34. Anda frustasi setengah mati, dan pusing soal remedial. Anda merasa kehilangan semua harapan, dan rasanya pengen lompat dari Monas (karena ini adalah nilai 34 Anda yang kesepuluh minggu ini). Tapi, tenang! Anda bisa menghadapinya dengan PANCASILA!!
Begini, kejadian anda dapat nilai jelek aja sudah merupakan salah satu contoh “Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab” (dapat nilai jelek 10 kali seminggu adalah wajar dan manusiawi buat anak IPA Sanur, dan sungguh adil karena belajar atau nggak belajar hasilnya sama).
Untuk itu, Anda tidak boleh putus asa. Mungkin salah rumus atau salah perhitungan atau salah apa pun itu. Anda perlu memperbanyak doa sebelum dan sesudah ulangan (pengamalan “Ketuhanan Yang Maha Esa”). Niscaya, Tuhan pasti akan membantu Anda.
Lalu Anda harus mulai ikut kelompok belajar atau program pelajaran tambahan dengan anak-anak senasib seperjuangan dengan Anda yang sama-sama dapat nilai jelek (pengamalan “Persatuan Indonesia”).
Anda juga harus rajin bermusyawarah dengan guru Anda perihal kesalahan-kesalahan apa yang Anda buat sehingga nanti kesalahan itu tidak dibuat lagi (pengamalan “Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan”).
Dan terakhir, kalau Anda dan teman-teman Anda belajar bersama dengan sungguh-sungguh, ulangan Anda nanti pasti akan jadi bagus. Anda senang, teman Anda senang, guru Anda pun senang. Ini adalah perwujudan dari “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia”. Sederhana kan? Dan terbukti bahwa Pancasila sangat relevan buat kehidupan kita. 
Contoh lainnya, di malam yang indah dan sejuk di malam minggu, Anda telah membuatkan pacar Anda kado ulang tahun yang dibuat sendiri. Namun Anda ketiduran dan hanya karena terlambat 5 menit menjemput doi, dia sampai marah besar sama Anda. OH NOOO!! Dunia hancur seiring dengan rontoknya hati Anda. Keinginan menghabiskan malam yang dingin berdua dengan pacar Anda yang lagi ulang tahun (kayak di pilem-pilem Korea gitu) pupus sudah.
Tenang! Anda bisa menghadapinya dengan PANCASILA kita tercinta!
Tentu hal pertama yang perlu Anda lakukan adalah, sesuai sila pertama, adalah Novena 3 kali Salam Maria. Lalu coba Anda renungkan bagaimana perasaan pacar Anda supaya bisa lebih mengerti dia (sila kedua). Mulailah mendekati dia lagi untuk berbaikan. Siapkan jurus-jurus maut Anda untuk dia supaya gimana caranya Anda dan dia bisa bersatu kembali (sila ketiga). Mulailah ngobrol-ngobrol sama dia, siapa tahu Anda punya salah atau somehow pernah nyakitin dia (sila keempat). Dari situ, yakin Anda dan dia bisa bahagia lagi (sila kelima). Happily ever after a la Pancasila! Yaaaaayy!!
Terbukti kan Pancasila memang relevan dan memang dirancang untuk bisa menjadi panduan hidup seluruh warga Indonesia (dan memang itulah keunikan Pancasila)! Coba saja Anda renungkan berbagai peristiwa hidup Anda dengan Pancasila. Dari percintaan sampai nasionalisme, dijamin ketemu deh solusinya!
Jadi, selamat Hari Pancasila!






Labirin Pikir Sjahrir

Labirin Pikir Sjahrir

Dunia dan kalian semua mungkin mengenal Sang Dwitunggal: Soekarno dan Bung Hatta. Namun siapa tahu kalau ternyata paketnya bukan hanya Dwitunggal, tapi ternyata Tritunggal (Tiga Serangkai sih yang benar, bukan Tritunggal)! Yang satu lagi memang tidak sepopuler atau sebesar rekan Tiga Serangkai-nya (dan memang nggak selalu yang penting itu populer), sesuai dengan namanya, Bung Kecil. Yap! Dia adalah : SUTAN SJAHRIR!! YAAAAAYY!!

Sutan Sjahrir diangkat sebagai Pahlawan Nasional pada hari wafatnya (Keputusan Presiden No 76). Sebagai pahlawan nasional, beliau tidak begitu dikenal (hayo ngaku, siapa yang langsung menyebutkan nama Sutan Sjahrir kalau ditanya soal pahlawan nasional? Nggak ada? Sama!). Padahal, jasa dan pemikirannya sangat berarti penting bagi perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia di era Revolusi. Visi dan hatinya membuatnya berbeda dari bapak bangsa Indonesia yang lain.
Pada masa Jepang, saat Soekarno dan Hatta memilih untuk “bersahabat” dengan Jepang, Sutan Sjahrir yang seorang anti-fasisme dan beberapa rekannya bergerak di bawah tanah untuk mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. Jepang memang menjanjikan untuk memberikan kemerdekaan dengan membuat BPUPKI dan PPKI. Namun menurut Sjahrir Jepang tidak akan memberikan kemerdekaan untuk Indonesia, apalagi karena ia merasa kalau Jepang dan Jerman tidak mungkin memenangkan perang melawan Sekutu.
Untuk itu, Sjahrir rajin mendengarkan siaran stasiun radio luar negeri yang menyediakan berita tentang perkembangan Perang Dunia II (secara sembunyi-sembunyi tentunya, karena saat itu siaran radio luar negeri dilarang oleh Jepang). Pada 15 Agustus 1945, Sjahrir mengetahui bahwa Jepang sudah menyerah kalah pada Sekutu. Berita gembira ini diberitahukannya pada Soekarno dan Hatta dan mendesak mereka berdua agar segera memanfaatkan kesempatan itu untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia (tahu kan Peristiwa Rengasdengklok? Itu ya kerjaannya Sjahrir and the gank..). Dan setelah proses yang sangat panjang dan melelahkan, akhirnya bangsa Indonesia yang merdeka pun lahirlah!
Berbeda dengan Soekarno yang menghadapi segalanya dengan frontal dan membara, Sjahrir memilih untuk stay cool. Cara ini terkenal dengan sebutan “Politik Diplomasi” atau “Politik Perdamaian”. Pada April 1946, Sjahrir dan beberapa wakil Indonesia lainya pergi ke Hoge Veluwe untuk berunding mengenai pengakuan Republik Indoensia. Delagasi Indonesia menginginkan pengakuan atas Republik Indonesia yang berdaulat. Namun delagasi Belanda menolak. Malahan Belanda hanya mau mengakui pemerintahan de facto Republik Indonesia sebagai negara federal di bawah Belanda dan hanya terdiri atas wilayah Jawa dan Madura saja. Sjahrir menolak syarat Belanda mentah-mentah, dan pulang bersama teman-temannya (Ehm! Ehm! Siapa di jaman sekarang bisa seberani Sjahrir? *nothing’s personal ya Pak Pres dan Pak Marty!)
Itu belum apa-apa. Berikutnya Sjahrir akan menunjukkan kualitasnya yang sebenarnya dalam Sidang PBB**.
Dengan kualitas yang luar biasa, Sjahrir bisa disebut sebagai diplomat terbaik yang pernah dimiliki Indonesia. Beliau berani memberikan argumen yang kuat serta mempunyai kemampuan lobi yang efektif. Ditambah dengan wawasannya yang luas, argumen-argumen yang disampaikannya selalu logis untuk diterima. Selain kemampuan berdiplomasi, Sjahrir juga berperan sebagai seorang ahli siasat yang baik bagi Indonesia.
Namun tidak selamanya diplomasi Sjahrir menuai pujian Sjahrir dihina, dituduh sebagai pengkhianat yang menjual tanah airnya sendiri lantaran terkesan “tidak mampu berbuat apa-apa” sebagai wakil Indonesia di Perjanjian Linggarjati”. Sebelum Perjanjian Linggarjati, wilayah Indonesia hanya diakui atas Pulau Jawa dan Madura saja. Setelah perjanjian tersebut diberlakukan, Belanda hanya mengakui wilayah Indonesia atas Pulau Jawa, Madura, dan Sumatra. Ditambah lagi, perjanjian itu membuat Indonesia menjadi Republik Indonesia Serikat di bawah komando Ratu Belanda. Tidak menjadi lebih baik bagi Indonesia.

Namun ternyata Belanda yang belum puas dengan hasil perjanjian ini masih mencoba untuk menguasai Indonesia. Pecahlah Agresi Militer I, di mana Belanda menyerang Indonesia. Karena agresinya, Belanda dikecam oleh negara-negara Barat lainnya. PBB pun turun tangan mengurusi sengketa Belanda-Indonesia ini. *(Nah ini dia!) Sjahrir sebagai perwakilan Indonesia berangkat menuju Sidang Dewan Keamanan PBB, akan melawan Eelco van Kleffens, wakil Belanda untuk PBB, seorang diplomat ulung yang berpengalaman di kancah internasional.
Sjahrir berpidato tentang Indonesia sebagai bangsa yang bertahun-tahun dieksploitasi oleh kaum kolonial dan sekarang sedang berusaha untuk mencapai kedaulatannya. Dengan piawai, ia mematahkan satu per satu argumen yang disampaikan van Kleffens. Argumen dan pidato Sjahrir berhasil membuat Indonesia diakui di mata internasional sebagai negara merdeka. PBB menghentikan usaha Belanda dalam mengagresi Indonesia.
Argumentasi dan pidato Sjahrir terbukti mampu membuka pandangan dunia terhadap Indonesia. Semua orang terpukau tidak percaya, ketika Sjahrir, diplomat baru dari negara yang juga baru merdeka, menang telak atas van Kleffens, diplomat jagoan Belanda yang sudah berpengalaman di kancah internasional. Kemenangannya di Sidang Umum PBB tersebut membuatnya dijuluki “Sjahrir The Smiling Diplomat” (Wuidih! keren kan titelnya? :D).
Mengapa Sjahrir, yang sangat idealis dan kukuh terhadap kedaulatan Indonesia, mau menerima hasil Perjanjian Linggarjati? Mengapa Sjahrir memilih cara diplomasi daripada cara frontal dan radikal seperti yang dilakukan Soekarno?
Sjahrir menganut ideologi nasionalis-sosialisme. Tidak seperti komunisme, sosialisme lebih menekankan kesejahteraan bersama melalui proses yang bertahap. Karena itu, sosialisme lebih bersifat anti perang. Hal ini memang bertentangan dengan Soekarno, cenderung komunis, yang bergaris keras dan tidak ragu mengeluarkan pernyataan maupun serangan yang mengancam.
Sjahrir menyadari bahwa Indonesia pada kondisi seperti itu tidak mungkin melawan Belanda yang secara militer maupun ekonomi lebih maju daripada Indonesia(dan sedihnya, sampai sekarang pun begitu). Menurutnya, satu-satunya cara untuk memenangkan kedaulatan Indonesia yang sejati adalah dengan perang diplomasi. Ia dan Soekarno sama-sama menyadari hal itu. Karena itu Indonesia mengubah sistem pemerintahan presidensil menjadi yang lebih demokratis, parlementer, supaya lebih mudah berdiplomasi dengan negara Barat dengan Sjahrir sebagai ujung tombaknya (saat itu negara Barat menghindari Soekarno, bahkan menyebutnya sebagai persona-non-grata -orang yang tidak diinginkan).
Saat itu baru saja diadakan perjanjian multilateral yang menghasil “Atlantic Charter”, di mana tatanan dunia berubah seusai Perang Dunia II. Perang dan penjajahan menjadi “haram”. Pembelaan terhadap hak asasi menjadi marak, dan negara besar dituntut untuk memperhatikan negara kecil. Perdamaian di seluruh dunia sedang diperjuangkan. Karena itu, diplomasi menjadi senjata wajib. Sebagai kaum liberalis, negara-negara Barat menjadi lebih mudah “didekati” berkat Atlantic Charter tersebut. Sjahrir, yang sering mendengar radio secara rahasia serta membaca surat kabar, dengan lihai memanfaatkan hal ini.
Namun Sjahrir berada dalam posisi yang sulit. Di satu sisi ia harus memperjuangkan pengakuan kedaulatan negaranya, sementara di sisi lain jika ia tidak menerima perjanjian tersebut, Belanda akan dengan mudah menghancurkan Indonesia. Ditambah lagi negara netral yang dipilih untuk menengahi perjanjian tersebut adalah Amerika dan Inggris (yang notabene adalah negara Sekutu yang dekat dengann Perancis-Belanda, dan sekaligus sebagai sesama negara Barat): sama sekali tidak netral.
Sjahrir menyadari ketidakuntungannya pada perjanjian tersebut. Memenangkan perang diplomasi dengan “sekali hajar” tidaklah bijaksana. Maka ia menerima Perjanjian Linggarjati, dengan maksud menjadikannya sebagai batu loncatan, tahap awal sebelum ia membuat perjanjian lagi yang memungkinkan kembalinya wilayah Indonesia secara perlahan-lahan menjadi utuh dan kedaulatannya diakui di dunia.
Sayang, tak semua orang cukup bijaksana untuk dapat memahami maksud dan pikiran Sjahrir. Rakyat keburu tenggelam dalam kemarahan karena Perjanjian Linggarjati tidak memberikan perbaikan apa pun bagi Indonesia. Sutan Sjahrir diculik kemudian, dan demikian berakhirlah kabinetnya yang ketiga.
Peristiwa penculikan itu membuat Presiden Soekarno marah dan memerintahkan pasukan untuk menangkap pelakunya. Setelah Sjahrir berhasil dibebaskan, ia dipilih Soekarno sebagai penasihat presiden, sekaligus sebagai Duta Besar Keliling (Ambassador-at-large) Republik Indonesia (impian semua anak HI, betul??).
Keadaan setelah Sidang Umum PBB mengenai Indonesia kemudian membaik. Belanda mulai diancam setelah melanggar Perjanjian Linggarjati dengan melakukan Agresi Militer. Indonesia semakin aktif dalam aktivitas dunia, salah satunya (atas usulan Sjahrir) dengan memberikan bantuan beras pada India. Dukungan dan simpati makin banyak mengalir bagi Indonesia. Semua itu tak lepas dari peran Sjahrir dan labirin pikirnya.
Dan apakah balasan yang ia dapatkan atas semua usahanya?
Seiring berjalannya waktu, hubungan Soekarno dan Sjahrir memburuk karena berbagai hal. Pada tahun 1962 muncul desas-desus bahwa Sjahrir akan menggulingkan Soekarno dari kursi kepresidenannya (saat itu Soekarno telah mengangkat dirinya sebagai presiden seumur hidup). Agaknya Soekarno terjebak dalam paranoid kekuasaannya sendiri dan segera memerintahkan agar Sjahrir ditangkap (siapapun kalau sudah duduk lupa berdiri!).
Sjahrir dipenjara dan tidak pernah diadili. Karena kesepiannya, beliau jatuh sakit (stroke) dan diizinkan untuk berobat ke Zurich, Swiss. Rekannya, Sugondo Joyopuspito, mengantarnya ke bandara. Mereka berdua saling berangkulan dan menangis.

            Tanggal 9 April 1966, abdi bangsa yang setia ini wafat dalam usia 57 tahun. Jasanya yang besar dalam membela kedaulatan dan kehormatan bangsa seolah tidak pernah ada, ketika ia wafat tanpa dihargai dengan status tahanan politik.
              TAHANAN POLITIK, Saudara-saudara!
Benar-benar nggak adil banget ya? Ironis...

Ngomong-ngomong sudah ada yang baca buku biografinya Sutan Sjahrir karya Rosihan Anwar? Kalau ada, PINJEM DONG!! Kemarin ini saya mau beli di Gramed, tapi nggak boleh sama ortu saya. “Masak untuk buku kayak gini aja harganya 40ribu?!”, itu kata mereka (HIKS! Hancur hatiku! Orang dewasa jaman sekarang!). Semoga Sutan Sjahrir nggak dengar deh...

Komen plis! (Buat ngisi-ngisi blog gue yang sepi ini... Hiks!)